Chapter 128: Elva Meminta Bantuan
Keesokan harinya, semuanya balik ke kota Cendrawasih dengan smat. Seth berpamitan, semuanya png ke rumah masing-masing.
"Capeknya!"
Ketika masuk ke dm rumah, Randika segera duduk di sofa seth menaruh barang-barang bnjaan Inggrid yang berjibun. Hari kedua dari ''liburan'' ini benar-benar neraka bagi Randika. Para perempuan itu benar-benar tidak memberi ampun padanya.
Dia merasa seluruh toko di pu kura-kura itu sudah dia jjahi dan setiap para perempuan itu keluar, mereka pasti membawa keluar barang bnjaan! Bagaimana bisa para perempuan itu begitu kuat?
Inggrid mencuekin Randika dan memeriksa barang bnjaannya. Pada dasarnya dia suka berbnja jadi liburan kemarin benar-benar menyenangkan baginya.
Namun, tiba-tiba Randika memeluk Inggrid dari bkang dan berbisik di telinganya. "Sayang, kenapa kau beli begitu banyak barang?"
"Karena ada kamu yang bisa membawakannya." Kata Inggrid dengan santai. Dialu kembali memeriksa bnjaannya itu.
Randika bingung harus berekspresi seperti apa. Namun seth melihat ekspresi senang Inggrid, semua kelhan itu terasa hng dari dm dirinya.
Meskipun dia th menderita, bukankah pada akhirnya tujuannya adh membahagiakan istrinya?
Tiba-tiba, setan kecil di pundak Randika mi berh. Randika merasa bahwa sudahma dia tidak bermesraan dengan istri tercintanya itu. Dia juga mi mengerti titik-titik erotis milik Inggrid.
Ku dia tidak memberi istrinya pjaran, bagaimana bisa dia bisa disebut suami?
Randikalu memeluk Inggrid sekaligi. "Sayang, apa perlu kita kembaligi ke sana seth ini?"
Inggrid hanya menatapnya dengan tajam. "Tidak mau!"
"Ah?"
Tiba-tiba, Randika menggandeng Inggrid dan menyeretnya ke sofa. Di sana, Randika mi memainkan tipu muslihatnya.
"Sayang, aku perlu tahu perkembangan tubuhmu seth kamu berjemur seharian di sana. Jangan sampai kulit putihmu ini rusak." Kata Randika sambil tersenyum. Tangannya yang seperti capit itu sudah mengunci dada Inggrid.
Pada saat ini, suara Ibu Ipah tiba-tiba terdengar dari bkang. "Smat datang nona, apakah Anda perlu bantuanku untuk menyimpan semua barang ini?"
Terkejut, badan Randika menjadi kaku dan Inggrid segera mendorong Randika dengan wajah merah.
Randika segera berdiri dan membalikan badannya. "Ibu Ipahma tak berjumpa."
"Jangan khawatir, ibu tidak lihat apa-apa barusan." Kata Ibu Ipah dengan santai. "Aku hanya ingin membantu nona membereskan barang-barang ini."
"Tidak apa-apa, aku bisa mkukannya sendiri." Inggrid merasa wajahnya masih panas karena rasa malunya itu. Ketika Ibu Ipah sudah pergi, Inggrid menatap Randika tajam-tajam. Randika sendiri justru tertawa ketika Ibu Ipah meninggalkan mereka.
.........
Besoknya Inggrid dan Randika berangkat bersama-sama menuju kantor. Seth pergi beberapa hari, ada yang harus diurus oleh Inggrid.
Ketika Randika masuk ke dm ruangannya, handphonenya tiba-tiba bunyi.
Seth mengangkatnya, terdengar suara super dingin seorang wanita.
"Aku di bawah."
Lalu telepon itungsung ditutup.
Randika sedikit kesal, perempuan itu kenapa tidak sopan sekali.
Ketika dia di lobi, Randika celingak-celinguk dan menyadari bahwa Elva berada di luar gedung.
Sambil berjn keluar, tatapan Randika sama sekali tidak lepas dari dada Elva. Yah bisa dikatakan perempuan ini mengikat dadanya hingga rata seperti papan.
Benar-benar pemandangan menyedihkan baginya, kenapa gunung yang indah itu harus menderita?
Melihat tatapan mesum Randika, Elva mendengus dingin dan memalingkan wajahnya. Kenapa pria ini begitu mesum?
"Kali ini butuh apa dariku?" Kata Randika sambil tersenyum.
"Ada pengkhianat di organisasiku yang perlu untuk dibereskan." Kata Elva.
"Oh? Terus?"
Terus?
Elva terkejut mendengar tanggapan Randika. Apa maksudnya ini kurang js? Pria ini bodoh atau apa?
"Dia telu hebat, aku tidak bisa apa-apa mwannya." Kata Elva.
Randikalu memperhatikan Elva. Perempuan ini benar-benar perempuan tangguh dan harga dirinya tinggi jadi dia rasa Elva belum pernah meminta bantuan orangin.
Karena Elva terlihat judes di mata Randika, dia memutuskan untuk mendorong hal ini lebihnjut.
Randikalu tertawa dan mengatakan. "Terus?"
"Kau bodoh atau apa?" Elva membentak Randika.
"Aku kira kamu cuma ingin curhat, bagaimana mungkin aku tahu apa yang kau inginkan dariku ku kau tidak mengatakannya?" Randika menggelengkan kepnya.
Bajingan!
"Baih Jadi kau bisa membantuku menangani orang itu atau tidak?" Kata Elva sambil menenangkan dirinya.
"Permintaanmu terdengar tidak tulus, aku mencium aroma amarah di kata-katamu." Randika memalingkan wajahnya. Elva ingin menangis darah sekarang juga.
"Aku mohon pertolonganmu." Kata Elva sambil menggertakan giginya.
"Masih terasa tidak tulus, mana magic wordnya?" Kata Randika sambil mengupil.
Elva benar-benar ingin menangis darah. Pertama kali dm hidupnya dia meminta bantuan ke orangin dan kenapa orang itu harus bajingan di hadapannya ini. Apakah dia harus berlutut dan meminta tolong?
"Tolong aku, aku benar-benar membutuhkan pertolonganmu." Kata Elva sambil tersenyum canggung.
"Tidak mau." Jawaban Randika singkat, padat dan js. Tidak memberikan Elva kesempatan untuk menyanggahnya.
"Kenapa kau tidak bisa membantuku?" Elva js terkejut bukan main mendengar jawaban Randika.
Buat apa memangnya Randika membantunya secara cuma-cuma?
"Jangan lupa ku aku sudah membantumu di kota Merak kapan hari." Elva merasa ingin berteriak di samping telinga pria itu.
Mendengar hal ini, Randika hanya tersenyum. "Ku begitu, anggap bantuanku yang membawa ke rumah sakit sudah lunas."
Bukan kau saja yang bisa memainkan kartu ini!
Elva benar-benar tidak berkutik mwan satu orang ini. Setiap kata yang keluar dari mulut Randika berhasil memicu amarahnya. Perasaan seperti ini, baru pertama kali ini benar-benar dia rasakan sma hidupnya.
Elva sudah memalingkan wajahnya dan tidak peduligi dengan Randika. Ketika dia mengintip, dia melihat Randika sudah berjn meninggalkan dirinya dan berjn menuju gedung.
Elvalu berbalik dan berteriak.
"Apakah kau benar-benar tidak bisa membantuku?" Elva benar-benar sedang terburu-buru dan tidak tahu harus ke managi.
Randikalu berputar sambil tersenyum padanya. "Ku kau berjanji memperbaiki sikapmu padaku maka aku akan membantumu."
Elva tidak berkutik, dia benar-benar butuh bantuan Randika jadi dia mengangguk.
Seth itu, Randika berjn berdampingan dengan Elva. "Ceritakan padaku."
Melihat Randika yang serius, Elva mi bercerita tentang permashannya. "Nama orang ini adh Leo, dia adh anggota elit dari Arwah Garuda. Dia th menjni misi penting dan mendapatkan banyak informasi penting. Dia sempat memiliki pemikiran untuk berkhianat seth mendapatkan informasi-informasi bersk internasional. Tidakma ini, dia mrikan diri bersama informasi tersebut. Untungnya, kita mengetahui mash ini dengan cepat dan berhasil memastikan keberadaan Leo. Dia seharusnya masih berada di kota Cendrawasih ini."
"Maksudku bukan itu." Randika berhenti berjn dan menatap kosong pada Elva.
Elva bingung dengan maksud Randika barusan. Bukankah dia ingin mengetahui targetnya kali ini?
"Maksudku." Randikalu menatap dada Elva. "Kenapa kau begitu rata hari ini?"
Ketika mendengar hal ini, Elvangsung mengamuk dan membentak Randika. "Dasar bajingan!"